Menara Hati

NABILA LULA MAIKHOTI
kita telah banyak menikmati keindahan dan kemolekan yang disuguhkan oleh alam yang selama ini terasa kekal akan kita rasakan. tapi manakala kala kita ingat bahwa akhir dari ini semua selalu mengintai dan selalu menghantui setiap langkah yang kita pijakkan,maka kita akan tahu betapa yang kita lakukan adalah banyak hal yang teramat sia - sia, teramat disayangkan dan harus disesalkan.
sesuatu yang seharusnya tidak untuk dilakukan adalah hal yang ingin kita lakukan setiap saat kita inginkan. hati adalah wadah untuk mengerti akan segala hal, sebelu, sedang dan sesudah kita lakukan ataupun kita rasakan, kali ini kami berusaha menulis banyak hal yang seharusnya kita lakukan jauh sebelum kita meraih kesenangan dan kemolekan alam.

suatu hari saat fullan bin Amsuchi datang pada ayahandanya,saat itu diabaru saja pulang dari  tempat ibadah, dia merasa bahwa selama ini hidupnya hanya digunakan untuk membebani orang tuanya. dia berkata dalam hati "betapa hina diri ini ?, betapa terlalu bodohnya aku sehingga aku selalu menjadi beban orang yang telah memelihara q dngn segenap kesadaranya bahwa aku adalah insan yang dititipkan Tuhan padanya...............

dia mencoba untuk bersimpuh dengan kedua lutut yang dianggapnya sesuatu yang harus dilakukan dihadapan ayahnya, berkatalah dia " wahai abah .... ! tidakkah  engkau merasa telah menerima kutukan dengan lahirku kedunia ini, aku yang tak pernah memberikan kebanggaan kepadamu dan hanya membanjiri hati abah dengan segala keburukan yang aku lakukan ?" terdiamlah sang ayah mendengar Fulan bertanya seperti itu. " wahai anakku, seburuk - buruknya perilaku yang telah kau lakukan diluar sana, abah akan tetap berpangku pada hakekat hubungan antara kau dan aku, sesungguhnya tiada yang buruk diberikan Tuhan pada kita, sepahit apapun jalan yang kita rasakan, sejauh apapun kau meninggalkan hati baikmu, kau adalah amanah yang harus abah jaga dengan ketekunanku berusaha mengajakkmu kembali pada lurusnya hati. simpuhmu dihadapanku adalah kebesaran Tuhan, tangannyalah yang membawamu kemari dan Tangannyalah yang telah membekuk lutumu hingga kau mampu bersimpuh dihadapanku, subhanallah, ingatlah, laa haulaa walaa Quwwata illa billah .... sesungguhnya tiada kekuatan lain yang dapat menekuk hati manusia kecuali dua hal.
  1. Manusia itu sendiri
  2. Tangan Tuhan
keduanya akan dapat saling mengisi jika kau mampu menjaga hatimu dalam dzikir, apapun yang kau lakukan, dengan siapapun engkau berkawan jagalah hatimu dengan dzikir, insya Allah Tangan Tuhan akan selalu datang memberikan kekuatan hati dalam menghadapi segala keburukan Dunia ini. kau tetaplah anakku, kau tetaplah amanah bagiku. 

Fulan pun mencium tangan kanan sang ayah dan beranjak keluar kembali ke tempat ibadah, dia berkaca pada apa yang telah ia lakukan, benarkah masih terselip dzikir pada keburukan yang telah ia lakukan, masihkah ia dapat mengingat adanya tangan Tuhan yang akan memukulnya kala dia berpaling arah ? renungan itu dia lakukan selama 3 jam, dan dia pun akhirnya dapat tersenyum. dari semua keburukannya itu, hanya hatinyalah yang menjadi kunci untuk menentukan pilihan atas apa yang akan dia lakukan, dia sadar bahwa kesalahan - kesalahan itu bersumber dari hati, hinannya mata karena hati menginginkan yang hina, berbeloknya kaki kehidupan karena hatinya yang ingin  berbelok, maka sejak saat itu ia mengerjakan apa yang diajarkan ayahandanya, berdzikir setiap saat dimanapun dan kapanpun, dengan siapapun dia sedang. hari demi hari ia lakukan hal yang sama tanpa mengurangi aktifitas yang biasa ia lakukan, dia berharap dengan keyakinan seperti itu akan datang bahagia Hati lahir dan batin.

selama dua bulan ia lakukan hal itu dia merasa tak pernah ada yang berubah dalam batin hidupnya. tak ada rasa tentram untuk hatinya dan tak ada rasa bahagia dalam hidupnya, tertawanya adalah tawa paksaan dari keadaan sekitarnya ia pun datang kembali ada ayahandanya. "wahai abah ! tidaklah aku merasakan sesuatu yang berubah akan rasa hati dengan melakukan semua yang abah ajarkan beberapa bulan lalu, apakah ada salah dalam aku melakukan itu semua?". ayahnya pun terdiam beberapa waktu dan menjawab " wahai anakku.! sesungguhnya bukanlah jasadmu yang kau paksa untuk melakukan itu, dan sungguh bukan fikiran yang seharusnya kau gunakan untuk membimbing Lahirmu, upayamu takkan pernah ada hasilknya jika  engkau tak pernah merendahkan Hatimu didepan Tuhanmu, bukanlah lembut tutur kata yang Allah HARAPkan darimu, karena Tuhan tak butuh itu namun kerendahan Hatimu dan jiwa Abdimu serta kesadaran bahwa kamu adalah Ciptaanya yang seharusnya bersyukur padanya. fahamkan hatimu akan arti dari keikhlasan menjalani hidup ini". dari situ Fulan pun mulai mengerti apa sebenarnya yang dimaksudkan oleh ayahandanya, beranjakklah dia dari berlutut keada ayahnya, namun dia tak kembali ke tempat ibadah, dia keluar dan berbaur dengan kaumnya, brkawanlah dia dengan siapa saja. dicarinya suatu makna dari keikhlasan seperti yang dikatakan ayahnya. sungguh tak semudah yang ia fikirkan, ia harus rela direndahan oleh kaum yang menjadi teman hidupnya, sungguh dia harus menerima banyak cemoohan dari banyak mulut yang tak sama baunya, dua tahun ia menahan semua itu sambil berfikir tentang semua yang ia alami selama 2 tahun terakhir ini. tanpa dia sadar dia telah berubah menjadi seorang yang penuh kesabaran, menadi seorang yang dapat menerima apapun yang kaum berikan padanya dia menganggap bahwa semua itu adalah tangan Tuhan yang sedang menamparnya karena kesalahan yang terdahulu, seiring dengan waktupun Fulan mengerti arti dari ucapan sang ayah. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ikut, sesuatu yang mengikuti hati yang telah menemukan ketenangan, sesuatu yang mengikuti hati yang menerima kemenangan dari segala bentuk jalan kehidupan. dan kini,Kebahagiaan yang ia dapatkan sungguh sangatlah besar, kemenangannya akan Hati telah merubah semua yang buruk menjadi suatu tonggak untuk menjadi manusia sejati dengan hati dan jati diri Islami

karena Hati adalah kunci untuk mendapatkan ridlo ilahirobbi